Beruang air (Tardigrada)... adalah beruang yang hidup di air. Hewan ini sama sekali BUKAN
beruang yang berbulu & bertulang belakang, namun semacam hewan
kecil yang tidak bertulang belakang. Ukurannya bervariasi; yang terkecil
ukurannya kurang dari 0,1 mm, sementara yang terbesar hanya sekitar 1,5
mm. Mereka bisa dilihat dengan mudah di bawah mikroskop, namun agak
rumit karena mereka tidak bisa ditaruh di bawah kaca penutup seperti
saat mengamati bakteri atau bangkai serangga bila ingin melihat mereka
hidup-hidup karena tekanan dari kaca penutup akan menekan tubuh mereka
& menghancurkannya.
Tardigrada
memiliki tubuh gemuk seperti ulat dengan kepala di bagian depan & 4
segmen di belakangnya. Pada setiap segmen terdapat sepasang kakiyang
bercakar di ujungnya. Berdasarkan pengamatan pada bagian dalam tubuhnya,
Tardigrada diketahui memiliki sistem organ yang sederhana. Mereka
diketahui tidak memiliki sistem respirasi atau peredaran darah seperti
hewan-hewan tingkat tinggi. Sebagai gantinya, mereka bernapas dengan
kulit & menggunakan tubuh gempalnya untuk memompa cairan tubuh.
Sistem pencernaan mereka juga sangat sederhana di mana makanan yang
sudah ditelan dialirkan ke saluran mirip usus untuk diserap &
selanjutnya dibuang sisa-sisanya lewat anus.
Tardigrada ternyata sudah diketahui cukup lama oleh manusia. Tardigrada
pertama kali ditemukan oleh Johann August Ephraim Goezepada tahun 1773.
Beberapa orang juga berargumen bahwa penemu mikroskop, Anthony van
Leeuwenhok adalah orang yang pertama kali menemukan Tardigrada ketika
pada tahun 1702, ia mengambil debu dari atap rumahnya & menyiramnya
dengan air panas untuk melihat makhluk hidup di dalamnya, termasuk
Tardigrada. Nama "Tardigrada"
diberikan oleh Lazzaro Spallanzani pada tahun 1777 yg berarti "pejalan
lambat". Julukan "beruangair" sendiri diberikan karena cara berjalannya
seperti gerakan beruang saat berjalan dengan 4 kaki. Studi yang lebih mendalam soal Tardigrada sendiri baru dilakukan pada abad ke-20.
Bagaimana Cara Hidup mereka?
Mayoritas
Tardigrada memakan material tumbuhan seperti lumut & alga di mana
Tardigrada hidup. Spesies yang berukuran kecil juga memakan bakteri,
sementara sebagian kecil Tardigrada merupakan karniora yang memakan
hewan-hewan kecil seperti nematoda, kutu, bahkan Tardigrada lainnya.
Mereka makan dengan cara menghisap cairan tubuh mangsanya melalui mulut
yang berbentuk seperti penghisap.Pemangsa Tardigrada sendiri adalah
hewan-hewan seperti serangga kecil karnivora, caplak, laba-laba, hingga
Tardigrada lainnya.
Sebagian besar Tardigrada yang ditemukan manusia berumah dua, artinya
mereka memiliki 2 organ kelamin sekaligus dalam tubuhnya, namun hanya
salah satu organ yang aktif. Pada beberapa spesies, hanya organ kelamin
betinanya yang aktif sehingga memunculkan anggapan bahwa Tardigrada bisa
berkembang biak dengan melakukan partenogenesis (menciptakan keturunan
tanpa proses perkimpoian lebih dulu) seperti yang dilakukan kutu daun
(afid) maupun serangga tongkat.
Dalam populasi Tardigrada yang hidup di lumut juga terdapat
individu-individu jantan & betina. Dengan kata lain, sekalipun
hermafrodit, Tardigrada juga secara sadar melakukan perkimpoian untuk
menambah variasi keturunan mereka. Tardigrada sendiri adalah ovipar,
artinya mereka bertelur. Telur yang dikeluarkan Tardigrada bisa disimpan
pada kulit mereka, sementara pada beberapa spesies lain telur-telurnya
ditaruh begitu saja di lingkungan sekitarnya. Anakan Tardigrada yang
baru menetas sangat mirip dengan Tardigrada dewasa, namun ukurannya
lebih kecil & mereka melakukan pergantian kulit berulang-ulang
hingga dewasa. Tardigrada normalnya hidup antara 4 bulan - 1 tahun,
namun rentang umurnyabisa bertambah jauh lebih panjang ketika melalui
"fase koma" macam kriptobiosis.
Di Mana Mereka hidup?
Tardigrada
merupakan hewan dengan persebaran yang luar biasa. Sejak penemuan
pertamanya pada akhir abad ke-18, para ilmuwan telah menemukan
Tardigrada di berbagai tempat di dunia, mulai dari pegunungan, di balik
bongkah es, hutan hujan, perairanair asin & air tawar, sampai gurun
pasir. Ketinggian tertinggi yang diketahui ditinggali Tardigrada adalah
6.000 m di atas permukaan laut, sementara yang terendah ditemukan pada
kedalaman laut sejauh 4.000 m. Mereka bahkan juga ditemukan di pulau
gunung api yang terpencil dari dunia luar.
Apa Kehebatan Tardigrada?
Hal
yang membuat hewan sekecil Tardigrada begitu istimewa adalah
keahliannya bertahan di tengah berbagai kondisi ekstrim. Tardigrada bisa
melalui "fase koma" seperti anoksibiosis & kriptobiosis.
Anoksibiosis adalah fase yang dilakukan Tardigrada yang hidup di darat
ketika kondisi di sekitarnya dipenuhi air. Pada fase ini, Tardigrada
akan memompa tubuhnya seperti balon sehingga ia bisa melayang di air
hingga beberapa hari. Begitu kondisi lingkungan di sekitarnya sudah
lebih mengering, mereka kembali ke fase normalnya & beraktivitas
seperti biasa.
"Fase koma" lainnya yang lebih mengagumkan dari Tardigrada adalah fase
kriptobiosis. Fase ini dilakukan ketika kondisi di lingkungannya menjadi
tidak menguntungkan semisal terlalu kering, kadar racun di sekitarnya
meningkat, atau ketika suhu di lingkungannya terlalu tinggi/rendah. Saat
melakukan fase ini, Tardigrada akan menarik kakinya ke dalam,
mengerutkan tubuhnya hingga hanya berukuran 1/3 aslinya, lalu melapisi
kulitnya dengan bahan semacam lilin. Pada fase ini, metabolisme
Tardigradabisa menurun drastis hingga nyaris tidak bisa dideteksi lagi
oleh peralatan manusia, sementara kadar air dalam tubuhnya menurun
hingga kurang dari 1%. Begitu kondisi di sekitarnya sudah kembali
menguntungkan, - layaknya anoksibiosis - Tardigrada akan kembali
beraktivitas seperti biasa. Tardigradajuga memerlukan jangka waktu
tertentu untuk kembali ke fase normal, bergantung pada berapa lama ia
melakukan kriptobiosis.
Kemampuan Tardigrada saat melakukan fase kriptobiosis merupakan topik
yang menjadi pusat perhatian para ilmuwan saat ini. Mereka bisa melalui
fase kriptobiosis tanpa makan & minum hingga jangka waktu yang
sangat lama. Beberapa spesies Tardigrada diketahui bisa melalui fase
kripobiosis hingga jangka waktu 10 tahun dalam lingkungan kering, waktu
yang bahkan jauh lebih lama dibandingkan rentang umur normalnya sendiri.
Salah satu laporan yang ditulis oleh Asari pada tahun 1998 bahkan
menunjukkan bahwa Tardigrada bisa melalui fase kriptobiosis ini hingga jangka waktu 120 tahun & tetap hidup!
Sayang, hewan mungil yang hebat ini hanya hidup beberapa menit setelah
"bangkit dari kubur", lalu mati. Namun, Guidetti & Johnson dalam
jurnalnya tahun 2002 meragukan tulisan dari Asari (1998) karena
Tardigrada hanya menunjukkan tanda-tanda kehidupan melalui gerakan
kakinya yang samar-samar.
Kemampuan lain Tardigrada yang luar biasa adalah kemampuannya menoleransi suhu yang sangat tinggi maupun sangat rendah. Tardigrada
diketahui tetap hidup ketika direbus hidup-hidup dalam suhu 151 derajat
C selama beberapa menit & disimpan dalam kondisi minus 200 derajat C
selama beberapa hari! Hebatnya,
sel-sel tubuh mereka tidak mengalami kerusakan, padahal normalnya
protein penyusun sel dalam suhu mendekati titik didih akan rusak karena
mengalami penguraian, sementara sel yang berada pada suhu minus beberapa
derajat C akan pecah karena cairan dalam selnya membeku &
mengembang. Spesies yang hidup di daerah kutub dipercaya melalui fase
kriptobiosis secara reguler (teratur) ketika suhu di lingkungannya
menurun tajam & makanan sulit dicari.
Tardigrada juga diketahui bisa tetap hidup dalam kondisi dengan kadar
radioaktif relatif tinggi. Mereka diketahui bisa bertahan meskipun
disinari sinar gama dengan dosis hingga 5.000. Raul M. May dari
Universitas Paris juga menemukan bahwa Tardigrada baru bisa dibunuh jika
disinari sinar X (sinar untuk keperluan Roentgen) hingga dosis 570.000.
Sebagai pembanding, dosis sinar gamma sebesar 20 dan/atau dosis sinar-X
sebanyak 500 saja sudah berakibat fatal bagi manusia. Crowe (1971)
dalam jurnalnya berhipotesis dalam fase kriptobiosis aktivitas
metabolismenya berhenti sehingga unsur-unsur seperti air dan oksigen
tidak ada dalam tubuhnya, sementara reaksi-reaksi yang bersifat merusak
(destruktif) memerlukan unsur-unsur tersebut agar tetap berjalan. Karena
kemampuannya, mereka adalah satu-satunya spesies yang diketahui bisa
dilihat di bawah mikroskop elektron dalam kondisi hidup-hidup.
Studi yang dilakukan para ahli baru-baru ini juga menemukan bahwa
Tardigrada bisa bertahan di luar angkasa! Pada bulan September 2008 yang
lalu, sejumlah Tardigrada dikirim ke luar angkasa di mana keadaanya
hampa udara, bebas gravitasi, & terkena paparan sinar ultraviole
matahari langsung selama kurang lebih 10 hari. Setelah kembali ke bumi,
lebih dari 68% dari total Tardigrada yang dikirim ke luar angkasa masih
hidup & bisa bereproduksi secara normal. Hal ini pun memunculkan
spekulasi bahwa Tardigrada bisa dikirim hidup-hidup melalui luar
angkasa.
Sumber: kaskus.us