SYDNEY, SELASA - Ambisi para ilmuwan untuk menghidupkan kembali spesies harimau Tasmania sejak beberapa tahun terakhir akhirnya mulai membuahkan hasil. Mereka berhasil mengisolasi gen hewan berkantung khas Australia yang telah punah itu dan menghidupkannya kembali dalam sel tikus.
DNA harimau Tasmania diekstraksi dari spesimen awetan berusia 100 tahun yang tersimpan dalam cairan ethanol di Museum Victoria, Melbourne. Materi genetik tersebut ternyata masih aktif dengan baik saat disuntikkan ke dalam sel embrio tikus. DNA tersebut dapat mengendalikan gen Col2a1 pada tubuh tikus yang berperan dalam pertumbuhan awal tulang rawan sebelum tumbuh menjadi tulang keras.
"Ini merupakan untuk pertama kalinya DNA dari spesies hewan yang telah punah digunakan untuk megendalikan sel pada makhluk hidup lainnya," ujar Andrew Pask, peneliti dari Universitas Melbourne yang memimpin riset tersebut. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE edisi 21 Mei 2008.
Dengan teknik ini, Pask dan timnya dapat mempelajari sifat dan fungsi gen harimau Tasmania. Menghidupkan kembali gen hewan-hewan yang telah punah juga membuka peluang untuk menghiudpkannya kembali. Namun, Pask tak memungkiri bahwa teknik tersebut belum cukup untuk menghidupkan kembali harimau Tasmania. Sebab, dalam satu spesies makhluk hidup rata-rata terdapat 30.000 gen berbeda.
"Kami berharap dengan kemajuan teknik yang baru, suatu saat hal tersebut mungkin dilakukan," ujar Pask. Setidaknya, saat ini timnya telah menemukan teknik untuk mempelajari DNA spesies-spesies yang telah punah sehingga para ilmuwan di dunia dapat menggunakannya untuk meneliti sifat genetika mammoth, manusia purba, bahkan dinosaurus selama masih ada DNA yang dapat diekstraksi.
Harimau Tasmania atau spesies thylacine punah tahun 1936 saat spesies terakhirnya di Kebun Binatang Hobart tewas. Hewan sebesar anjing yang memiliki kantung di perutnya dan khas dengan punggung bergaris itu sudah tak ditemui di habitat liar sejak awal abad ke-19.
Source : Kompas.com
DNA harimau Tasmania diekstraksi dari spesimen awetan berusia 100 tahun yang tersimpan dalam cairan ethanol di Museum Victoria, Melbourne. Materi genetik tersebut ternyata masih aktif dengan baik saat disuntikkan ke dalam sel embrio tikus. DNA tersebut dapat mengendalikan gen Col2a1 pada tubuh tikus yang berperan dalam pertumbuhan awal tulang rawan sebelum tumbuh menjadi tulang keras.
"Ini merupakan untuk pertama kalinya DNA dari spesies hewan yang telah punah digunakan untuk megendalikan sel pada makhluk hidup lainnya," ujar Andrew Pask, peneliti dari Universitas Melbourne yang memimpin riset tersebut. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE edisi 21 Mei 2008.
Dengan teknik ini, Pask dan timnya dapat mempelajari sifat dan fungsi gen harimau Tasmania. Menghidupkan kembali gen hewan-hewan yang telah punah juga membuka peluang untuk menghiudpkannya kembali. Namun, Pask tak memungkiri bahwa teknik tersebut belum cukup untuk menghidupkan kembali harimau Tasmania. Sebab, dalam satu spesies makhluk hidup rata-rata terdapat 30.000 gen berbeda.
"Kami berharap dengan kemajuan teknik yang baru, suatu saat hal tersebut mungkin dilakukan," ujar Pask. Setidaknya, saat ini timnya telah menemukan teknik untuk mempelajari DNA spesies-spesies yang telah punah sehingga para ilmuwan di dunia dapat menggunakannya untuk meneliti sifat genetika mammoth, manusia purba, bahkan dinosaurus selama masih ada DNA yang dapat diekstraksi.
Harimau Tasmania atau spesies thylacine punah tahun 1936 saat spesies terakhirnya di Kebun Binatang Hobart tewas. Hewan sebesar anjing yang memiliki kantung di perutnya dan khas dengan punggung bergaris itu sudah tak ditemui di habitat liar sejak awal abad ke-19.
Source : Kompas.com